Minggu, 15 Februari 2009

Yang Muda Yang Memimpin

Yang Muda Yang Memimpin  

Oleh ANANG FADHILAH

“Dalam sejarah modern kita selamanya Angkatan Muda menjadi motor perubahan ke arah yang lebih maju, kecuali angkatan 66.”
  (Pramudya Ananta Toer)

Diakui atau tidak, kata-kata Almarhum Pramoedya Ananta Toer bisa di buktikan dalam fakta sejarah. Ada beberapa rentetan peristiwa kebangsaan, dimana kaum muda mengambil peranan yang paling pokok dan menentukan. Lihat saja, ketika semangat nasionalisme itu belum muncul, pergerakan kaum muda Indonesia di negeri Belanda sudah merumuskan konsep sebuah “Nation” yang sekarang di sebut Indonesia. Apa jadinya bangsa-bangsa yang tercerai berai dalam semangat kesukuan (etnisisme), lokalitas/kedaerahan, dan feodalistik ini, kalau tidak ada peranan kaum muda tersebut. Meskipun di kerdilkan peranannya dalam teks-teks sejarah Indonesia Modern, sebelum banyak mengulas banyak hal soal pergerakan kaum muda bangsa ini, marilah menundukkan kepala sebagai penghormatan kepada mereka. 
Peranan kaum muda memang tidak bisa di lepaskan dari konteks jamannya, serta lingkungan sosial, dan ekonomi-politik yang melingkupinya. Gerakan Mahasiswa Tahun 1998 yang melahirkan reformasi, telah menjadi momentum kebangkitan kembali (The Uprising) Gerakan Mahasiswa Indonesia. Peristiwa ini menjadi sejarah besar, karena rejim yang berdiri kokoh dengan dukungan kekuatan dan kekuasaan yang begitu besar sanggup di robohkan oleh mahasiswa (yang saat itu populasinya hanya 2% dari penduduk Indonesia). Keberhasilan Menjatuhkan rejim Orde baru tentunya menjadi pengalaman baru bagi gerakan mahasiswa. Namun, dalam aspek lain, keberhasilan itu telah melahirkan eufhoria luar biasa, sehingga seolah-olah menganggap bahwa tugas gerakan mahasiswa telah selesai.
Harusnya gerakan mahasiswa tersebut bermuara pada pemenuhan harapan rakyat, penyelesaian problem-problem rakyat, dari titik inilah pengujian dan pembuktian kebenaran gerakan mahasiswa. Orientasi dan tindakan politik merupakan cermin dari bagaimana mahasiswa Indonesia memahami masyarakatnya, menentukan pemihakan pada rakyatnya serta kecakapan merealisasi nilai-nilai tujuan atau ideologinya. Tidak bisa tidak perdebatan dalam gerakan mahasiswa (termasuk Kaum Muda) harus di buka seluas-luasnya, sekeras-kerasnya, untuk menemukan kesimpulan yang benar soal arah dan gerak perjuangan kaum Muda. Namun siapakah Kaum Muda itu? Apakah kaum muda di tentukan oleh pendefinisian menurut umur (Usia)? Ataukah Kaum Muda penyebutan dalam pergulatan fikiran atau gagasan?
Tak bisa dipungkiri, kemenangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf memang sebuah kejutan. Fakta itu sebagai pelajaran berharga, tidak hanya bagi kepala daerah incumbent, melainkan juga mengingatkan pemimpin baru yang akan diberi kepercayaan. Siapa pun yang ingin berkuasa harus mampu membaca pikiran dan perasaan rakyat. Mereka harus peka terhadap perkembangan pemikiran dan perasaan rakyat yang dipimpinnya.
Pelajaran lain yang patut direnungkan adalah keharusan regenerasi kepemimpinan. Ini tak berarti kaum tua harus dipaksa mundur dari gelanggang atau dilepas dari tanggung jawabnya untuk membangun bangsa. Tak berarti juga kaum muda harus merebut panggung kekuasaan dengan segala cara. 
Kepemimpinan mengandung pengertian kemampuan mempersiapkan generasi yang akan melanjutkan perjuangan nilai dan ide bersama. Begitulah sekurang-kurangnya pandangan John C Maxwell, pakar manajemen dan kepemimpinan yang telah menjadi klasik.
Dalam salah satu buku larisnya, Maxwell (1996) mengutip pernyataan John F Kennedy dalam pidato televisi pada 1959. Kennedy menegaskan, "Sudah tiba waktunya untuk suatu generasi baru memimpin bangsa ini". Pidato itu sangat bertenaga dan sesuai dengan semangat yang tumbuh pada zamannya sehingga dua tahun kemudian dia terpilih menjadi presiden AS ke-35 pada usia 44 tahun. Usia yang tak jauh beda dengan Heryawan dan Dede (masing-masing 41 tahun).
Pasangan Hade terbukti telah mendapat akseptabilitas yang luas, tetapi kapasitas dan integritasnya masih harus diuji. Jika berhasil mengatasi ujian itu dengan baik, maka akseptabilitas mereka akan bertambah luas. Bila dipandang dari esensi kepemimpinan, persoalannya bukan terletak pada umur, tua atau muda. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar