Minggu, 15 Februari 2009

Wisata Sungai

Wisata Sungai  

Oleh ANANG FADHILAH 

Pemko Banjarmasin dibawah kendali Yudhi-Alwi, yang berkeinginan kuat mengelola sungai agar bisa mendukung kemajuan kota dikemudian hari. Patut didukung semua pihak, bahkan isu sungai sangat layak dijadikan ‘bahan jualan’ pada pemilu 2009.  
Harus kita akui, selama ini sudah banyak seminar, dialog, yang membahas pengelolaan sungai. Ibaratnya sudah berbuih-buih mulut mengupasnya dari berbagai sudut pandang. Tetapi implementasi dari semua itu hingga kini belum bisa dirasakan. Sudah banyak ahli pula dari berbagai perguruan tinggi yang mempresentasikan makalah menganai penataan sungai di Banjarmasin tetapi masih sulit untuk menerapkan kajian tersebut.
Tetapi dalam pandangan ahli IPB penataan kota Banjarmasin harus dibalik yaitu penataan daratan harus mengikuti penataan sungai, artinya penataan sungai yang didahulukan baru penataan daratan. Konsep demikian setelah melihat konsep pembangunan kota-kota besar di luar negeri yang berada di tepian laut, dimana potensi laut yang didahulukan bagi pengelolaan potensi daratan.
Bahkan ada usulan yang menginginkan di kota Banjarmasin untuk mempertahankan kawasan kosong sepadan sungai harus benar-benar dikosongkan bagi bangunan fisik perkotaan tetapi harus benar-benar diperjuangkan sebagai ruang terbuka hijau.
Bahkan ada pula keinginan pihak yang menghendaki Banjarmasin harus lebih banyak memiliki pertamanan bunga-bungaan di atas air, seperti taman bunga teratai,taman bunga melati air, serta taman bungan dari tanaman hias air lainnya agar memperkuat kota ini sebagai kota air. 
Dalam persoalan menghidupkan sungai di Kota Seibu Sungai yang nyaris menjadi ‘Kota Seribu Ruko’ penulis lebih condong melihat memanfaatkan sungai yang tersisa menjadi objek wisata yakni: wisata sungai. Dan barangkali Kota Banjarmasin bisa meniru dan belajar dengan negara Vietnam. Negara ini bisa membuktikan kekayaan alam bukan hal yang menjadi penentu utama keberhasilan. Negara yang habis porak-poranda dilanda perang itu bisa dijadikan contoh. Dari sisi potensi alam, tak banyak hal yang bisa dijual untuk pariwisata. Vietnam hanya bermodal sungai, kawasan bekas perang dan pasar untuk menggaet turis. 
Dalam kurun waktu singkat, negeri yang kini mulai ''ditakuti'' karena kebangkitan ekonominya yang mendekati Cina itu, mampu menarik kunjungan wisatawan begitu besar. Catatan dari pemerintah setempat menunjukkan, kunjungan wisatawan tahun 2005 ke seluruh kawasan Vietnam mencapai sekitar 5 juta orang setahun. Kunjungan turis mancanegara ke Ho Chi Minh City -- salah satu kota terbaik di negeri tersebut -- yang dijuluki Pearl of The East, mencapai 2,1 juta orang. Belum lagi turis domestik yang membanjiri kota yang sarat dengan nuansa Eropa tersebut. 
Maklum, Vietnam lama dijajah Prancis dan AS. Penjajah lebih suka bercokol di Ho Chi Minh, sehingga berbagai fasilitas mewah dibangun di kawasan elite tersebut. Untuk diketahui, harga tanah di kota itu per arenya sekitar Rp 5 milyar! Namun, bagi investor pariwisata, harga mahal bukan soal. Dengan kunjungan wisatawan yang tinggi dan iklim yang kondusif, mereka yakin bisa untung dan kenyataannya memang untung.
Apa di balik sukses Vietnam tersebut? Tak banyak sebenarnya yang diperbuat pemerintah Vietnam untuk memanjakan turis ke negerinya. Keamanan dan law enforcement serta inovasi menjadi kunci utamanya. Informasi yang dihimpun negeri ini memiliki keamanan yang patut diacungi jempol. Angka kriminal sangat rendah. Apalagi yang menimpa turis, nyaris tak pernah terjadi. Semua ini tak terlepas dari penegakan hukum oleh pemerintah yang sangat ketat dan tegas. ''Tak ada pilih kasih, apalagi main sogok,'' jelas warga di sana. Mereka semua takut melanggar hukum karena sanksi yang keras itu.
Bagaimana dengan Kota Banjarmasin ? Sudahkah kita bercermin dengan apa yang ada di sekitar kita. Lalu lintas yang macet, peminta-minta yang berkeliaran dan kriminalitas yang acapkali terjadi, tentu membuat turis gemetar. Belum lagi raungan sirene di jalan raya akibat seringnya kebakaran atau hanya untuk mengantar pejabat lewat, membikin turis bertanya-tanya ada apa gerangan. 
Di Vietnam hal itu tak ada. Kota yang menjadi pusat kegiatan turis begitu tenang. Tak ada orang berlari-lari minggir, ketika mobil pejabat lewat dengan sirene yang memekakkan telinga. Mereka bebas berjalan di tempat umum sepanjang waktu tanpa rasa takut atau disentuh orang usil.  
Yang tak kalah penting, tingginya inovasi dan kreativitas warga Vietnam dalam memberdayakan potensinya. Sungai Saigon yang keruh disulap menjadi objek makan malam di atas perahu terapung. Pasar tradisional ditata apik dan menjadi pusat kunjungan siang hari. Hutan bekas kawasan perang, menjadi objek kunjungan yang memikat dan romantis. Barang kerajinan lokal juga dikemas dengan apik dan unik. Dan, semuanya disuguhkan kepada turis dengan harga murah. Bayangkan city tour seharian cuma dijual 3 dolar AS. * 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar