Minggu, 15 Februari 2009

Pemimpin Revolusioner

Pemimpin Revolusioner  

Oleh ANANG FADHILAH

Pemilu 2009 tinggal beberapa bulan lagi, masyarakat Indonesia sangat berharap. Bahwa hasil akhir dari ‘perhelatan akbar’ itu memunculkan sosok-sosok amanah dan jujur yang akan duduk di legislatif baik pusat dan daerah, termasuk pemimpin baru. 
Berbicara soal pemimpin baru. Tampaknya upaya mencari pemimpin yang diharapkan kelihatannya sudah jadi asa kita selama ini.Tapi, selesaikah persoalan, jika kita punya pemimpin yang baik dan sesuai harapan masyarakat? 
Seorang pemimpin, sepatutnya seorang revolusioner. Tegar, tegas, dan memiliki keberanian. Itu harga mati, guna mengurus Indonesia yang masih berkubang hutang dan pengangguran yang makin membuncah. 
Penulis menyitir kata-kata Mohammad Hatta yang menyatakan, bahwa orang revolusioner harus berani hidup sengsara sandiri dan berani berdiri sendiri. Apa pun godaan dan cobaan , keyakinannya harus tetap ada. Hadirnya pemimpin yang baik adalah salah satu upaya kita menyelesaikan masalah. 
Tapi, masalah utama adalah seberapa pantas sistem kapitalisme saat ini mengatur kehidupan satu masyarakat? Sayangnya, kita mesti mengakui bahwa sistem buatan manusia ini tak laik jalan lagi. Mari kita tengok Indonesia. Di negeri ini, sejak pemimpin yang pertama sampai yang sekarang, selalu berujung pada kondisi kolaps.
Melihat penyebab yang saling terkait, banyak orang lantas berpikir bahwa antara sistem dan individu itu seperti ayam dengan telur; tidak bisa dibedakan mana yang lebih dulu. Pola pikir dikotomis seperti ini tidak boleh digunakan, karena yang harus dilakukan adalah membangun keduanya secara simultan. Individu yang baik tidak akan lahir dalam sistem yang buruk.
Sebaliknya, sistem yang baik tidak akan sempurna kebaikannya jika para pelaksananya buruk. Penulis mengambil contoh potret kepemimpinan radikal yang sekarang sedang eksis di dunia internasional. Yakni, Hugo Chavez (Venezuela). Hugo Chavez adalah nama yang fenomenal. Setelah menduduki kursi kepresidenan, ia segera menggerakkan serangkaian politik radikal yang dijuluki sebagai Revolusi Bolivarian. Satu revolusi yang mengambil inspirasi dari cita-cita Simon Bolivar.
Mau tahu negeri mana yang menggaji ibu rumah tangga? Ingin tahu negeri mana yang menggratiskan pendidikan dan kesehatan? Itulah yang sekarang sedang berjalan di Amerika Latin. Presidennya dengan keberanian yang memukau, menasionalisasi puluhan perusahaan asing dan dengan ”nekat” membagi susu sekaligus beras gratis untuk penduduk miskin. Di sana, seorang dokter harus bertanggung jawab pada puluhan keluarga miskin. Rakyat benar-benar diurus dan mereka yang miskin mendapat prioritas pelayanan. Presidennya hidup sederhana, dan tidak pernah merasa gentar dengan Amerika. Inilah kisah tentang Presiden Radikal yang tidak hanya memenangkan pemilu tapi juga memenuhi harapan rakyat kecil.
Ironisnya, yang terjadi di Indonesia. Pada saat para penguasa Amerika Latin melakukan nasionalisasi aset bangsa, maka Indonesia tambah girang menjual aset ekonomi nasional. Ketika Iran membangun program perumahan rakyat miskin, kita disuguhi fakta terjadinya penggusuran atas nama kebersihan dan ketertiban kota. Di kala Argentina mengangkat menteri khusus yang memburu mantan presiden yang kejam, kita malah punya jaksa agung yang menghadiahi ampunan untuk mantan kepala negara yang nyata berbuat salah. Pada waktu seorang presiden melakukan pemotongan gaji untuk semua kabinet, kita malah menaikkan gaji para anggota parlemen dan sejumlah pejabat. 
Seorang pemimpin, sepatutnya seorang revolusioner. Tegar, tegas, dan memiliki keberanian. Mohammad Hatta pernah menyatakan, orang revolusioner harus berani hidup sengsara sandiri dan berani berdiri sendiri. Apa pun godaan dan cobaan , keyakinannya harus tetap ada. 
Sudah saatnya bagi kita untuk memikirkan bahwa perkara kepemimpinan bukan sekadar persoalan siapa yang layak memimpin, melainkan "kemampuan dan kesediaan" mereka dalam berkorban untuk rakyat. Hasil Pemilu 2009 mampukah melahirkan sosok calon pemimpin yang tegar, tegas, dan memiliki keberanian. *




Tidak ada komentar:

Posting Komentar