Sabtu, 14 Februari 2009

Kehabisan ‘Peluru’

Suka tidak suka, pemilu dengan suara terbanyak ternyata cukup menguras kantong para calon legislatif (caleg), baik partai kecil hingga partai besar. Kampanye yang cukup lama kian membuat para caleg ke-uyuhan--kehabisan energi, bahkan kehabisan modal. Asal jangan kehabisan akal saja. Itu sisi buruknya. Tapi ramainya caleg pada pemilu yang tinggal 63 hari lagi ini, ternyata menimbulkan dampak—multyplier effect. Bisa dibayangkan, saat ini harga satu lembar baleho bisa mencapai Rp50 ribu hingga Rp100. Maklum, harga satu meter baleho mencapai Rp30 ribu-Rp40 ribu, rata-rata setiap caleg minimal membuat baleho antara 5-10 lembar. Bahkan ada yang sampai seribu lembar. Jadi tinggal dikalikan saja.
Itu soal ongkos buat baleho, ongkos pemasangan baleho lebih gawat lagi—karena setiap titik konon sudah dikuasai para preman ‘dadakan’—maklum para preman ini memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Gak peduli caleg ‘kere’maupun caleg ‘baiwak’. Semuanya dimintai pajak pemasangan plus ongkos jaga malam yang rata dipungut Rp50-Rp100 ribu/titik. Tapi its oke lah, semuanya lancar-lancar saja, karena ada kesepakatan yang tak tertulis. Sebab jika ada caleg yang tanpa permisi memasang baleho, sudah dipastikan diganggu balehonya. Bisa-bisa gambarnya dirobek dan dirobohkan. 
Soal dana promosi caleg, ini ada cerita dari salah satu rekan yang dipercaya sebuah partai menjadi caleg. Rekan tadi bercerita, dalam proses pengenalan dirinya kepada masyarakat—maklum setelah ada putusan MK dengan suara terbanyak banyak caleg begitu bersemangat. 
Selama hampir 4 bulan, rekan tadi sudah menghabiskan biaya hampir Rp200 juta. Ini bukan angka kecil, pikirku. Uang ratusan juta hanya untuk proses pengenalan diri seorang caleg. Fantastis sekali. Tak bisa dipingkiri, seseorang yang maju menjadi caleg harus mempersiapkan segala hal dengan baik, ya dana ya semuanya. Memang harus diakui, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dengan suara terbanyak cukup merepotkan caleg. Apalagi dengan suara terbanyak, kita harus jor-joran, ya sosialisasi, ya atribut, ya kontak dengan masyarakat. 
Perjuangan caleg di Pemilu 2009 semakin berat, tidak hanya bertarung dengan
caleg partai lain tapi mereka juga bertarung dalam "selimut"—teman satu partai. Nah lo. Masa kampanye yang tinggal tersisa sekitar 2 bulan lagi membuat tak sedikit caleg kehabisan dana untuk memodali kampanyenya. Kalau sudah begini, modal sudah habis, pikiran dan tenaga sudah terkuras. Saran seorang kiai, rajin-rajinlah berdoa meminta kepada pemilik hidup, pemilik kekuasaan. Allah swt. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu meluruskan jalan pikiran dan cara berpikir agar hidup bahagia tanpa diliputi rasa kekecewaan, kegelisahan, dan kesusahan. Meski nanti kalah dan tak didukung rakyat. 
Menurut hemat penulis, supaya kita dapat meraih hikmah maka perangi dan tundukkan syahwat kita dan jangan terlalu berlebihan. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat An-Nazi`at:40,"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya". Diceritakan dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi saw. bersabda: "saya peringatkan umatku terhadap sesuatu yang saya takuti, yaitu mengikuti hawa nafsu dan terlalu berangan-angan. Mengingat hawa nafsu akan menjauhkan diri dari kebenaran, sedangkan terlalu berangan-angan akan melupakan akhirat. Kemudian katakanlah, sesungguhnya mencegah hawa nafsu adalah fondasi ibadah".
Nafsu adalah cinta dalam arti negatif, dan sikap berlebihan dalam mencintai diri. Sifat nafsu adalah selalu berusaha menjadikan diri menentang petunjuk akal dan berjalan di jalan yang dipenuhi syahwat. Salah satu tabiat manusia adalah mencintai dirinya. Namun, cinta manusia kepada dirinya harus berlangsung wajar dan tidak berlebihan. Manakala manusia berlebihan dalam mencintai dirinya maka dia akan menjadi orang yang egois. Manakala dia menjadi orang yang egois maka dia akan melakukan apa saja yang akan menyenangkan dirinya, tanpa memperhatikan lagi pengawasan dari Allah SWT, dan juga tanpa memperhatikan lagi manusia di sekelilingnya, dengan memberikan hak-hak mereka dan bergaul secara baik dengan mereka. Kalau hawa nafsu adalah musuh akal dan hikmah, maka syarat pertama dalam melakukan perbaikan diri dan menjadikannya berjalan di bawah petunjuk akal adalah menentang dan tidak tunduk lepada nafsu. Maka dalam hidup jangan suka berlebihan, jangan memaksakan diri. Ukur diri. Meski kehabisan peluru jangan sampai melupakan Tuhan. Kita tak ingin usai Pemilu 2009 banyak yang stress, depresi—karena kalah dalam memikat hati rakyat. Wallaahu a`lam bishawab. *

www.barito-post.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar